Minggu, 07 Desember 2014

Kurtilas Dihentikan, Guru Senang 6.221 Sekolah Jadi Pilot Project

JAKARTA – Keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang memberhentikan pelaksanaan kurikulum 2013 (K-13) disambut senang para guru. Mereka selama ini banyak yang merasa terbebani dengan pelaksanaan K-13 tersebut.
Para guru yang tergabung dalam Ikatan Guru Indonesia (IGI) menyambut baik keputusan Mendikbud Anies Baswedan tersebut.

Kamis, 04 Desember 2014

kurikulum 2013 diterapkan secara terbatas.

JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan tidak sekedar becuap-cuap saat menyebut Kurikulum 2013 (K-13) belum siap dijalankan secara nasional. Kemarin dia memutuskan bahwa kurikulum anyar itu kembali diterapkan secara terbatas.   
Keputusan nasib K-13 itu diambil setelah ia menerima laporan dari tim evaluasi kurikulum yang diketuai guru besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Suyanto. Rapat  itu berlangsung di kantor Kemendikbud kemarin pagi. Setelah Anies mengikuti sidang kabinet, rapat K-13 dilanjutkan sorenya sampai tadi malam.   

Rabu, 03 Desember 2014

Tiga Opsi Revisi Kurikulum 2013


JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan membentuk tim khusus untuk merevisi Kurikulum 2013 (K13). Tim yang diketuai guru besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Suyanto itu, berencana melaporkan hasil revisi Rabu besok (3/12). Muncul tiga opsi revisi kurikulum yang dianggap "menyusahkan" itu.
Suyanto menuturkan opsi pertama adalah menghentikan total impelemntasi K13. Opsi kedua adalah sekolah yang selama ini nyaman dan tidak bermasalah menjalankan K13, diputuskan tetap menjalankannya.
Sedangkan sekolah yang keberatan karena balum siap, kembali menerapkan kurikulum lawas (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP).

Sementara opsi yang ketiga adalah menjalankan K13 sama seperti saat ini, yakni untuk semua unit sekolah di Indonesia. Namun ada beberapa evaluasi dalam pemelaksanaannya. Seperti pengadaan buku dan pelatihan guru.
"Opsi mana yang akan dipilih, ada ditangan Mendikbud. Saya sedang siapkan slide paparan hasil evaluasi," kata mantan Dirjen Pendidikan Dasar (Dikdas) itu di Jakarta kemarin.

Tentang Gutta-Percha, Getah Ajaib 'Tjipetir' yang Jadi Primadona Eropa


Selain bola golf, getah itu juga digunakan untuk aksesoris, pelapis kabel bawah laut, hingga obat-obatan. Khusus di dunia medis, getah ini biasa dipakai untuk mengobati luka, dan beberapa penyakit lain seperti cacar dan lainnya.

Khusus untuk pohon perca, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 

- Tinggi pohon bisa sampai 30 meter dan diameter 0,5 meter.
- Berbatang tegak dengan warna merah kecoklat-coklatan
- Pepagannya berwarna kuning sampai merah dan bergetah putih.
- Berdaun tunggal dengan bentuk bundar telur sungsang sampai jorong.
- Bunga mengelopak pada ketiak daun.
- Tumbuh di hutan tanah rendah dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut.

Dedi Suhendra, seorang anggota komunitas Sukabumi Heritage menyebut, karet perca dikenal masyarakat Cipetir dengan nama 'karet oblong'. Bersama komunitas Sukabumi Backpaker, dia pernah melakukan kunjungan ke pabrik itu pada 19 September 2014 lalu.

Pabrik getah karet Cipetir terkenal karena getah perca. Namanya mendunia karena dibawa oleh Belanda saat zaman penjajahan di awal abad ke-20 lalu. 

Nama Tjipetir menjadi perbincangan karena ditemukan blok karet itu di beberapa pantai Eropa. Setelah ditelusuri, seorang wanita asal Inggris Tracey Williams kemudian menemukan fakta bahwa benda berukuran tablet komputer itu datang dari Sukabumi, Jawa Barat.

http://news.detik.com/read/2014/12/03/135255/2766538/10/produk-cipetir-berkelas-dunia-bisa-untuk-bola-golf-hingga-ban-mobil-f1?nd771104bcj

Sabtu, 25 Oktober 2014

Sekilasa Sejarah Pajajaran



ASAL USUL NAMA KERAJAAN PAKUAN PAJAJARAN

Negara Kita Negara Sunda, maka kita bisa disebut orang sunda, kemudian sekarang jamannya sudah agak beda bukan jaman purba lagi, memang sejak dulu kerajaan Gajah terkenal, berkat Ramahanda saya (Prabu Anggararang), yang masih termasuk jaman purba, dengan symbol Gajah, disatukan jadi symbol kerajaan, datang dari petunjuk yang jadi kekuatan berdirinya kerajaan Gajah.
Sekarang juga sama, Negara ini juga ada nama, yaitu Negara yang kita diami adalah tataran sunda yang termasuk dari simbolnya yaitu binatang yang paling buas yaitu Harimau.
Nah saya ini (Prabu Siliwangi) ada petunjuk yaitu jika dari barang sudah selesai (Kujang) sekarang masalah nama kerajaan dikarenakan saya ada yang membantu yaitu bangsa siluman ataupun Harimau Harimau ghaib, ketika berperang melawan tentara mongol pati pasukan harimau putih (Meong Bodas) SEJAJAR ATAU BERJEJER dengan tentara GAJAH, jadi saya membawa nama kerajaan dari Negara Gajah dengan kerajaan Harimau, bila disatukan maka namanya disebut PAKUAN PAJAJARAN, Pakuan artinya Jaya Pajajaran Sejajar Pasukan Harimau Putih (Meong Bodas) dengan Pasukan Gajah, disatukan lagi oleh barang pusaka yang tiga yang namanya KUJANG TIGA SERANGKAI artinya berbeda-beda tapi sama, jadi tepat sudah, nah ditatar sunda ini lahir Kerajaan Pajajaran.

SILIWANGI (Dalam Catatan 'Uga')


PENDAHULUAN

Hampir semua pegunungan di Tatar Sunda ini menjadi tempat hunian para leluhur Pajajaran antara lain, Gunung Munara, Gunung Galuh, Gunung Kapur Ciampea, Gunung Gede, Gunung Ceremai, Gunung Slamet serta Gunung Padang. Selain itu pegunungan lainnya di luar Pulau Sunda, juga banyak mencatat riwayat tentang Siliwangi yang menjadi tokoh Pajajaran. Rupanya pegunungan menjadi suatu tempat yang mengesankan dengan alasan tertentu.

Jumat, 17 Oktober 2014

Indonesia Butuh 54.000 Guru Penjaskes SD

Persebaran guru di Indonesia tidak merata, di satu sisi kelebihan guru tetapi di sisi lain Indonesia kekurangan guru pendidikan jasmani dan kesehatan (Penjaskes). Indonesia membutuhkan guru Penjaskes di SD mencapai 54 ribu orang.

Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan kekurangan ini tidak bisa dibiarkan. Tujuan pendidikan di SD untuk membentuk siswa yang berkarakter, sehat, dan menjalankan perilaku hidup bersih akan mudah dicapai jika jumlah guru Penjaskes mencukupi.

Proses rekrutmen CPNS guru yang saat ini sedang berlangsung diharapkan dapat memenuhi kebutuhan guru Penjaskes secara bertahap. Selain itu Kemendikbud juga meminta perguruan tinggi untuk mencetak calon guru Penjaskes yang berkualitas.

Dari data Kemendikbud, jumlah guru SD secara nasional menunjukkan jumlah yang berlebih. Jumlah guru SD di Indonesia mencapai hampir 1,6 juta orang. Namun, 519 ribu orang diantaranya adalah guru tidak tetap (GTT) atau honorer.

Hasil pemetaan Kemendikbud, ada empat masalah utama terkait pendidik. Masalah itu antara lain; distribusi yang belum merata, kualitas pedagogik, guru mengajar tidak sesuai kompetensi, dan urusan kesejahteraan. 


Sumber: Sumber

Senin, 22 September 2014

PAKU JAJAR DI GUNUNG PARANG

Carita Asal-Usul Kota Sukabumi
Oleh : Endang Sumardi
Nyusuk catur munday carita karuhun Pagadungan papantunan Padjadjaran seseleh kana papasten teungteuingeun musuh taya rasrasan deudeuh teuing nu geulis Nyi Pudak Arum pasini henteu ngajadi PakuJajar di Gunung Parang gugupay ngaharewos talatah Ki Wangsa Suta Tegal Kole waris salin ngaran Sukabumi dayeuh manggung Artinya: Menggali omongan secara mendalam untuk mendapatkan ceritera dari para leluhur 

Sejarah Singkat Sukabumi

Kata Sukabumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu Suka-bumen menurut keterangan mengingat udaranya yang sejuk dan nyaman, mereka yang datang ke daerah ini tidak ingin pindah lagi, karena suka atau senang bumen-bumen atau bertempat tinggal di daerah ini.

Jumat, 12 September 2014

Magang Sebulan di Negeri Musyrik Kemudian Menggugat UU Perkawinan

Mahasiswi walaupun berjilbab ternyata mudah sekali terpengaruh budaya kafir. Dengan berpengalaman hanya magang sebulan di negeri musyrik dengan dijalan-jalankan untuk melihat-lihat budaya kafir dan musyrik, tahu-tahu sepulangnya ke Indonesia dia beraksi menggugat Undang-undang Perkawinan.
Bukan hanya dirinya sendiri yang tidak disayangi, mau dinikahi oleh lelaki kafir macam apa kek, namun muslimah se-Indonesia tidak disayangi pula, mau dinikahi oleh kafirin model apa. Benar-benar menyedihkan, plus memalukan, karena aksi yang menentang agama Allah itu justru dilakukan dengan memakai simbol Islam, yakni berpenampilan pakai jilbab.

Inilah beritanya mengenai sosok yang dimaksud.
***
Sosok Penggugat Nikah Beda Agama
Reporter : Sandy | Senin, 8 September 2014 12:15
Anbar Jayadi
Gadis yang sehari-hari mengenakan hijab ini tercatat masih berstatus mahasiswi semester IX Fakultas Hukum UI.

Senin, 07 Juli 2014

Informasi Penting terkait Pengadaan CPNS 2014 :


1. Akan dibuka 100 ribu formasi pegawai, yang terdiri dari 65 ribu PNS dan 35 ribu PPPK
2. Untuk Instansi Pusat yang akan memperoleh formasi : 31 Kementerian dan 40 Lembaga
3. Untuk Pemerintah daerah yang akan memperoleh formasi : 28 Provinsi dan 383 kabupaten/kota
4. Dialokasikan 5% formasi untuk lintas disiplin ilmu
5. Pelaksanaan seleksi CPNS 2014 seluruhnya menggunakan CAT (contoh soal CAT: http://tryout.cpnsonline.com/)
6. Pendaftaran dan registrasi dilakukan secara online dan terintegrasi dengan sistem single entry
7. Satu pelamar dapat memilih 3 jabatan dalam 1 instansi
8. Pendaftaran Seleksi CPNS 2014 akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014
9. Pelaksanaan seleksi CPNS 2014 akan dialaksanakan mulai Agustus 2014
10. Persyaratan Administrasi SKCK, Kartu Kuning, Surat Keterangan Sehat TIDAK DIPERLUKAN saat registrasi awal
11. Saat registrasi awal yang diperlukan hanya Nama Lengkap, NIK dan alamat E-mail
12. Tes CPNS 2014 Terdiri dari Tes kompetensi Dasar (TKD) dan Tes Kompetensi Bidang (TKB)
13. Materi TKD meliputi Tes Wawasan Kebangsaan, Tes Intelegensi Umum, dan Tes karakteristik Pribadi
Contoh Soal CAT CPNS 2014:
http://bit.ly/LatihanSoal
http://tryout.cpnsonline.com/

Selasa, 20 Mei 2014

Salah Kaprah Sejarah Harkitnas

Setiap tanggal 20 Mei bangsa Indonesia memperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasioal. Tanggal 20 Mei dianggap penting karena pada 20 Mei 1908 organisasi Budi Utomo yang dibidani dr. Soetomo dilahirkan. Dan ini dianggap mengawali usaha yang historis menuju dan menjadi merdeka. Menurut Syafiq A. Mughni, dalam tulisannya yang berjudul “Munculnya Kesadaran Nasionalisme Umat Islam,” fakta sejarah yang otentik juga menunjukkan peran penting dari tokoh-tokoh muslim. Misalnya saja dari Sarekat Islam (1912) seperti H.O.S. Tjokroaminoto, Agus Salim dan Abdul Moeis.

Jumat, 02 Mei 2014

Pemda Wajib Laporkan Dana Tunjangan Profesi Guru

April lalu, pemerintah baru saja mengguyurkan dana triliunan rupiah untuk tunjangan profesi guru pegawai negeri sipil daerah (PNSD). Kini, pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan sudah mewanti-wanti pemerintah daerah (pemda) untuk segera melaporkan realisasi pembayaran tunjangan profesi guru.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Yudi Pramadi mengatakan, pemda wajib melaporkan kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai bagian dari proses evaluasi. “Jika pemda tidak melaporkan, maka akan dikenai sanksi penundaan penyaluran tunjangan profesi guru Triwulan II tahun anggaran 2015,” ujarnya Rabu (30/4).

Kamis, 24 April 2014

Mendikbud Minta Pemda Salurkan Tunjangan Guru Paling Lambat 30 April 2014

Jakarta, Kemdikbud --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengirimkan surat edaran kepada bupati dan walikota di seluruh Indonesia untuk segera menyalurkan tunjangan profesi guru (TPG) pegawai negeri sipil daerah (PNSD) triwulan I tahun 2014 dan kurang bayar tahun 2010-2013. Para bupati dan walikota diminta menyalurkan TPG tersebut paling lambat tanggal 30 April 2014.

Senin, 07 April 2014

Kenapa Orang Dari Tatar Sunda Tidak Ada yang Jadi Presiden?

Konon menurut ramalan dari Joyoboyo (raja Kadiri yang memerintah sekitar tahun 1135-1157), bakal pemimpin negeri ini adalah memiliki initial nama “notonegoro” atau “no-to-no-go-ro”, bila diartikan secara sederhana menunjukan bahwa yang bakal menjadi presiden itu “harus” orang Jawa.
Hal ini nampaknya tidak berlebihan bila ternyata yang jadi presiden sebagai pemenang pemilu adalah: “soekarno”, “soeharto” dan “yudoyono”, adapun habibiegusdur danmegawati, adalah presiden yang dipilih akibat dari peralihan saja.
Namun demikian hampir dari semuanya mereka adalah berasal dari orang Jawa, hal ini tentunya tidak berlebihan karena menurut data statistik pun jumlah penduduk Indonesia itu hampir separuhnya lebih adalah suku Jawa, sehingga peluang / probabilitasnya sangat besar dibandingkan yg lainnya, apalagi sekarang dipilih secara langsung oleh rakyat.
Di balik itu semua, bila melihat kembali ke Sejarah Bangsa nampaknya hampir seluruh Pemimpin Bangsa ini cara kepemimpinannya merujuk kepada falsafah dari Gadjah Mada, yang terkenal dengan “Sumpah Palapa” nya (tahun 1331), dan gaya kepemimpinannya pun nampaknya tidak lebihnya adalah merupakan ‘reinkarnasi’ dari cara kepemimpinan seorang Patih Gadjah Mada.
Bila dilihat secara garis besar, kaidah kepemimpinan Gadjah Mada dapat diklasifikasikan menjadi tiga dimensi, yaitu: Spiritual, Moral, dan Manajerial.

Dimensi Spiritual terdiri dari tiga prinsip, yaitu:
  1. 1. Wijaya: tenang, sabar, bijaksana;
  2. 2. Masihi Samasta Bhuwana: mencintai alam semesta; dan
  3. 3. Prasaja: hidup sederhana.

Dimensi Moral terdiri dari enam prinsip, yaitu:
  1. 4. Mantriwira: berani membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan;
  2. 5. SarJawa Upasama: rendah hati;
  3. 6. Tan Satrsna: tidak pilih kasih;
  4. 7. Sumantri: tegas, jujur, bersih, berwibawa;
  5. 8. Sih Samasta Bhuwana: dicintai segenap lapisan masyarakat dan mencintai rakyat;
  6. 9. Nagara Gineng Pratijna: mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, golongan, dan keluarga.

Dimensi Manajerial terdiri dari sembilan prinsip, yaitu:
  1. 10. Natangguan: Mendapat dan menjaga kepercayaan dari masyarakat;
  2. 11. Satya Bhakti Prabhu: loyal dan setia kepada nusa dan bangsa;
  3. 12. Wagmiwag: pandai bicara dengan sopan;
  4. 13. Wicaksaneng Naya: pandai diplomasi, strategi, dan siasat;
  5. 14. Dhirotsaha: rajin dan tekun bekerja dan mengabdi untuk kepentingan umum;
  6. 15. Dibyacitta: lapang dada dan bersedia menerima pendapat orang lain;
  7. 16. Nayaken Musuh: menguasai musuh dari dalam dan dari luar;
  8. 17. Ambek Paramartha: pandai menentukan prioritas yang penting;
  9. 18. Waspada Purwartha: selalu waspada dan introspeksi untuk melakukan perbaikan.
Prinsip-prinsip tersebut dijadikan sebagai sumber dari filsafat dan way of life yang diyakininya, dan mencerminkan spiritualitas Jawa yang bersifat holistic spirituality, yang memberikan inspirasi pandangan hidup pada Gadjah Mada.
Kenapa Orang Tatar Sunda Tidak Mau dibilang Jawa ?
Ketika saya bepergian keluar negara dari Indonesia, atau bahkan pergi keluar pulau Jawa seperti ke Bali, Sumatera atau Kalimantan, orang akan memanggil saya sebagai orang Jawa. Itu dikarenakan memiliki KTP Bandung yang memang terletak di Pulau Jawa,
Padahal, bagi masyarakat di pulau Jawa bagian Barat atau lebih dikenal dengan propinsi Jawa Barat, mereka tidak bisa disebut sebagai ‘orang Jawa’ atau berasal dari ‘suku Jawa’. Penduduk di provinsi ini lebih dikenal dengan sebutan ‘orang Sunda’ atau ‘suku Sunda’, sementara daerahnya sering terkenal dengan sebutan ‘Tatar Sunda’, PaSundan, atau ‘Bumi Parahyangan’ dengan Bandung sebagai pusatnya.
Kultur Budaya
Suku Sunda atau masyarakat Sunda merupakan mayoritas penduduk Jawa Barat. Dalam catatan sejarah, pada tahun 1851 suku Sunda sudah merupakan penduduk terbesar di Jawa Barat yang berjumlah 786.000 jiwa. Pada tahun 2008, suku Sunda diperkirakan berjumlah lebih kurang 34 juta jiwa.
Secara fisik sulit dibedakan antara orang Sunda dan orang Jawa yang sama-sama mendiami Pulau Jawa. Perbedaan yang nampak sebagai penduduk Pulau Jawa, akan tampak jelas ditinjau dari segi kebudayaannya, termasuk bahasa, jenis makanan yang disukai dan kesenian yang dimiliki.
Berbeda dengan ‘suku Jawa’ yang mayoritas hidup di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur, suku Sunda tidak menggunakan bahasa Jawa tetapi bahasa ‘Sunda’.
Bahasa Jawa dan bahasa Sunda jelas memiliki perbedaan yang signifikan. Selain memang mempunyai perbedaan ejaan, pengucapan dan arti, bahasa Jawa lebih dominant dengan penggunaan vocal ‘O’ diakhir sebuah kata baik itu dalam pemberian nama orang atau nama tempat, seperti Sukarno, Suharto, Yudhoyono, Purwokerto, Solo dan Ponorogo. Sementara bahasa Sunda lebih dominant berakhiran huruf ‘A’ seperti Nana Sutresna, Wiranata, Iskandar Dinata, Purwakarta dan Majalaya.
Bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, suku Sunda dikenal sebagai masyarakat yang senang memakan sayuran atau daun-daunan sebagai ‘lalaban’ (sayuran yang dimakan mentah-mentah dengan sambal). Bagi orang Sunda, dedaunan dan sambal merupakan salah satu menu utama setiap makan selain tentunya lauk pauk lain seperti ikan dan daging.
Selain kebudayaan dan makanan, salah satu karakteristik orang Sunda adalah terkenal dengan karakternya yang lembut, tidak ngotot dan tidak keras. Mereka bersikap baik terhadap kaum pendatang atau dalam bahasa Sunda ‘someaah hade ka semah’.
Karena sifat inilah tak heran kalau penetrasi agam Islam ke daerah Sunda ketika pertama kali Islam datang, sangat mudah diterima oleh suku ini. Sebagaimana mayoritas penduduk Indonesia, Islam merupakan agama mayoritas orang Sunda. Yang membedakannya, kelekatan (attachment) orang Sunda terhadap Islam dipandang lebih kuat dibanding dengan orang Jawa pada umumnya. Meskipun tentunya tidak sekuat orang Madura dan Bugis di Makassar.
Karena karakternya yang lembut banyak orang berasumsi bahwa orang Sunda ‘kurang fight’, kurang berambisi dalam menggapai jabatan. Mereka mempunyai sifat ‘mengalah’ daripada harus bersaing dalam memperebutkan suatu jabatan. Tidak heran kalau dalam sejarah Indonesia, kurang sekali tokoh-tokoh Sunda yang menjadi pemimpin di tingkat Nasional dibandingkan dengan Orang Jawa.
Contohnya, tidak ada satupun presiden Indonesia yang berasal dari suku Sunda, bahkan dari sembilan orang wakil presiden yang pernah menjabat sejak zaman Presiden pertama Soekarno sampai sekarang Presiden Yudhoyono, hanya seorang yang berasal dari suku Sunda yaitu Umar Wirahadikusuma yang pernah menjabat sebagai wakil presiden di zaman Presiden Soeharto.
Bila dilihat dari unsur sosial dan budaya seperti tersebut di atas, orang dari tatar Sunda memang tidak sama dengan Jawa, sehingga dengan demikian walaupun tinggal di satu pulau, tetap saja tidak bisa disamakan. Namun nampaknya faktor alam yang “lohjinawi” itulah yang membentuk karakter dan kepribadian seperti itu, sehingga membentuk kultur budaya dan perilaku yang membedakan dengan orang Jawa.
Perang Bubat.
Adalah perang yang kemungkinan pernah terjadi pada masa pemerintahan raja MajapahitHayam Wuruk dengan Mahapatih Gadjah Mada. Persitiwa ini melibatkan Mahapatih Gadjah Mada dengan Prabu Maharaja Linggabuanadari Kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat pada abad ke-14 di sekitar tahun 1360 M.
Peristiwa Perang Bubat diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda. Konon ketertarikan Hayam Wuruk terhadap putri tersebut karena beredarnya lukisan sang putri di Majapahit; yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman pada masa itu, bernama Sungging Prabangkara.
Namun catatan sejarah Pajajaran yang ditulis Saleh Danasasmita dan Naskah Perang Bubat yang ditulis Yoseph Iskandar menyebutkan bahwa niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Majapahit dan SundaRaden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit, dianggap keturunan Sunda dari Dyah Lembu Tal dan suaminya yaitu Rakeyan Jayadarma,raja kerajaan Sunda. Hal ini juga tercatat dalam Pustaka Rajyatajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3. DalamBabad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut pula dengan nama Jaka Susuruh dari Pajajaran.
Hayam Wuruk memutuskan untuk memperistri Dyah Pitaloka. Atas restu dari keluarga kerajaan, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamarnya. Upacara pernikahan dilangsungkan di Majapahit. Pihak dewan kerajaan Negeri Sunda sendiri sebenarnya keberatan, terutama Mangkubuminya yaitu Hyang Bunisora Suradipati. Ini karena menurut adat yang berlaku di Nusantara pada saat itu, tidak lazim pihak pengantin perempuan datang kepada pihak pengantin lelaki. Selain itu ada dugaan bahwa hal tersebut adalah jebakan diplomatik Majapahit yang saat itu sedang melebarkan kekuasaannya.
Linggabuana memutuskan untuk tetap berangkat ke Majapahit, karena rasa persaudaraan yang sudah ada dari garis leluhur dua negara tersebut. Berangkatlah Linggabuana bersama rombongan Sunda ke Majapahit, dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.
Melihat Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan diiringi sedikit prajurit, maka timbul niat lain dari Mahapatih Gadjah Mada yaitu untuk menguasai Kerajaan Sunda, sebab untuk memenuhi Sumpah Palapa yang dibuatnya tersebut, maka dari seluruh kerajaan di Nusantara yang sudah ditaklukkan hanya kerajaan Sundalah yang belum dikuasai Majapahit. Dengan makksud tersebut dibuatlah alasan oleh Gadjah Mada yang menganggap bahwa kedatangan rombongan Sunda di Pesanggrahan Bubatsebagai bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit, sesuai dengan Sumpah Palapa yang pernah ia ucapkan pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta. Ia mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin, tetapi sebagai tanda takluk Negeri Sunda dan mengakui superioritasMajapahit atas Sunda di Nusantara. Hayam Wuruk sendiri menurut Kidung Sundayana disebutkan bimbang atas permasalah tersebut, karena Gadjah Mada adalah Mahapatih yang diandalkan Majapahit pada saat itu.

Kemudian terjadi insiden perselisihan antara utusan Linggabuana dengan Gadjah Mada. Perselisihan ini diakhiri dengan dimaki-makinya Gadjah Mada oleh utusan Negeri Sunda yang terkejut bahwa kedatangan mereka hanya untuk memberikan tanda takluk dan mengakui superioritas Majapahit, bukan karena undangan sebelumnya. Namun Gadjah Mada tetap dalam posisi semula.
Belum lagi Hayam Wuruk memberikan putusannya, Gadjah Mada sudah mengerahkan pasukannya (Bhayangkara) ke Pesanggrahan Bubat dan mengancam Linggabuana untuk mengakui superioritas Majapahit. Demi mempertahankan kehormatan sebagai ksatria Sunda, Linggabuana menolak tekanan itu. Terjadilah peperangan yang tidak seimbang antara Gadjah Mada dengan pasukannya yang berjumlah besar, melawan Linggabuana dengan pasukan pengawal kerajaan (Balamati) yang berjumlah kecil serta para pejabat dan menteri kerajaan yang ikut dalam kunjungan itu. Peristiwa itu berakhir dengan gugurnya Linggabuana, para menteri dan pejabat kerajaan Sunda, serta putri Dyah Pitaloka.
Hayam Wuruk menyesalkan tindakan ini dan mengirimkan utusan (darmadyaksa) dari Bali – yang saat itu berada di Majapahit untuk menyaksikan pernikahan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka – untuk menyampaikan permohonan maaf kepada Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati yang menjadi pejabat sementara raja Negeri Sunda, serta menyampaikan bahwa semua peristiwa ini akan dimuat dalam Kidung Sunda atau Kidung Sundayana (di Bali dikenal sebagai Geguritan Sunda) agar diambil hikmahnya.
Akibat peristiwa Bubat ini, dikatakan dalam catatan tersebut bahwa hubungan Hayam Wuruk dengan Gadjah Mada menjadi renggang. Gadjah Mada sendiri tetap menjabat Mahapatih sampai wafatnya (1364). Akibat peristiwa ini pula, di kalangan kerabat Negeri Sunda diberlakukan peraturan esti larangan ti kaluaranyang isinya diantaranya tidak boleh menikah dari luar lingkungan kerabat Sunda, atau sebagian lagi mengatakan tidak boleh menikah dengan pihak timur negeri Sunda (Majapahit).
Dengan demikian nampaknya kejadian seperti tersebut di atas telah membuat orang dari tatar Sunda, tidak menerima kebijakan politik dari Gadjah Mada tersebut, walau tujuannya untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan di Nusantara itu, namun caranya seperti itu ‘tidak elegant’ dan telah melukai harkat martabat dan harga diri orang Sunda, sehingga sampai kini di wilayah tatar Sunda itu tidak ada nama Jalan Gadjah Mada atau Hayam Wuruk.
Nah…., bila kembali kepada pertanyaan di atas:”Kenapa Orang Dari Tatar Sunda Tidak Ada yang Jadi Presiden?“ nampaknya memang kalau mau jadi Pemimpin Negeri di negeri ini, harus berani seperti Gadjah Mada tersebut, sehingga wajar saja saat ini Partai-Partai / Golongan Politik itu tidak lebihnya seperti “reinkarnasi” dari jaman kerajaan Majapahit, kawan dapat menjadi lawan demi kekuasaaan !
Namun bukan berarti orang Sunda itu tidak bisa jadi pemimpin, akan tetapi kebanyakan dari mereka tidak bisa menerima norma-norma bila harus seperti Gadjah Mada itu yang cenderung ‘licik’ dan ‘menghalalkan segala cara’ demi kekuasan. Hal itulah rupanya yang membuat orang dari tatar Sunda tidak tertarik untuk menjadi pemimpin di negeri ini karena tidak sesuai dengan tabiat dan norma-norma kehidupannya.
Adapun selama ini orang dari tatar Sunda itu cocoknya hanya jadi pemimpin untuk di daerahnya sendiri, walau sebenarnya menurut sejarah tersebut di atas, kerjaan Sunda Padjadjaran adalah Kerajaan Besar yang memliki‘Komara’ dan ‘Wibawa’ dan satu-satunya kerajaan yang tidak terkalahkan oleh Majapahit !
Akan tetapi rupanya hal itu pada saat ini sudah tidak menjadi keharusan lagi, karena sekarang Partai Politiklah yang menentukan untuk menjadi Pemimpin itu, sebagai salah satu contohnya di Kab.Sumedang, yang konon adalah merupakan cikal bakal kerajaan Sunda Padjadjaran, kini malah menjadi satu-satunya daerah di Jawa Barat yang ‘radja’ nya bukan lagi orang dari daerah tempatan. Hal ini nampaknya pengaruh unsur poltik lebih dominan dalam kehidupan masyarakatnya sehingga norma-norma Budaya Sunda itu terkalahkan oleh kepentingan politik dan kekuasaan.
Namun bagaimanapun seharusnya “Bangsa yang baik itu adalah bangsa yang menghargai Sejarah dan Budayanya”, sehingga dengan demikian nilai-nilai luhur kultur budaya tersebut tidak hilang ditelan jaman,  dan tentunya hal itu tidak bisa hanya dijadikan selogan “nyandang kahayang” namun harus dapat diwujudkannya menjadi kenyataan, sehingga “dina budaya urang napak, tina budaya urang ngapak” dapat tercapai !
Semoga hal ini dapat menjadi pemacu semangat generasi muda selanjutnya untuk “BANGKIT” kembali dan tidak terbuai oleh jebakan politik yang cenderung menghalalkan segala cara. SEMOGA…!

Selasa, 01 April 2014

Tes Masuk SMP Ditiadakan Seleksi Berdasarkan Ini....


Pemerintah meniadakan tes untuk masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan menggantinya dengan hasil ujian sekolah sebagai dasar seleksi masuk SMP. Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pendidikan, Musliar Kasim di Jakarta.

Cara Mudah Bikin Perempuan Melepas Semuanya Semaunya


cara membuat perempuan membuka baju dan pakaiannya

“Kira-kira sudah berapa persen perempuan muslimah yang menanggalkan pakaian dan mulai memamerkan aurat dan kecantikannya?”

“Kira-kira 60% lah bos.” 

“Ohh, ternyata film kartun Disney itu sukses berat ya?”

“Sepertinya begitu bos. Mereka benar-benar tak sadar kalau film-film yang mereka tonton waktu anak-anak itulah yang selama ini membuat mereka berusaha begitu keras untuk menjadi lebih dan lebih cantik lagi. Mereka benar-benar yakin kalau kecantikan adalah segalanya.” 

Sabtu, 29 Maret 2014

Meski Berbahaya, Pelajar Tetap Lewati Jembatan Ini

Disaat miliaran rupiah dijadikan kertas bergambar muka orang ga jelas... kemudian di tempel di pohon pinggir jalan mereka meniti jembatan mengadu nyawa demi yg namanya "PENDIDIKAN"

Seorang pelajar menuntun sepedanya saat melintasi jembatan gantung yang menghubungkan desa Suro dan Plempungan, Boyolali, Jawa Tengah (11/3). Pada awalnya titian ini bukanlah jembatan, namun hanyalah saluran irigasi dari waduk Cengklik yang dimanfaatkan sebagai jembatan. (Agoes Rudianto/Anadolu Agency/Getty Images)


Seorang anak diantarkan ke sekolah dengan sepeda motor melewati jembatan gantung yang menghubungkan desa Suro dan Plempungan, Boyolali, Jawa Tengah (11/3). "Jembatan" ini dibuat pada jaman Belanda dan ditambahkan selembar papan kayu sebagai pijakan. (Agoes Rudianto/Anadolu Agency/Getty Images)


Seorang pelajar berangkat sekolah dengan bersepeda di atas jembatan gantung yang menghubungkan desa Suro dan Plempungan, Boyolali, Jawa Tengah (11/3). Meski dilakukan untuk menyingkat jarak dan waktu, melintasi jembatan ini cukup berbahaya karena pijakannya tidak terlalu lebar. (Agoes Rudianto/Anadolu Agency/Getty Images)

Seorang pelajar memegang kawat jembatan saat bersepeda di atas jembatan gantung yang menghubungkan desa Suro dan Plempungan, Boyolali, Jawa Tengah (11/3). (Agoes Rudianto/Anadolu Agency/Getty Images)


Seorang pelajar berangkat ke sekolah dengan berjalan di atas jembatan gantung yang menghubungkan desa Suro dan Plempungan, Boyolali, Jawa Tengah (11/3). "Jembatan" ini panjangnya 30 meter dengan lebar 1,5 meter dan berada 10 meter dari atas permukaan sungai. (Agoes Rudianto/Anadolu Agency/Getty Images)


Sejumlah warga menunggu giliran untuk dapat melintasi jembatan gantung yang menghubungkan desa Suro dan Plempungan, Boyolali, Jawa Tengah (11/3). (Agoes Rudianto/Anadolu Agency/Getty Images)

Share

Komentar

Selamat Datang

1

2

3

Pengunjung

Flag Counter

SMS Gratis


Make Widget