Selasa, 20 Mei 2014

Salah Kaprah Sejarah Harkitnas

Setiap tanggal 20 Mei bangsa Indonesia memperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasioal. Tanggal 20 Mei dianggap penting karena pada 20 Mei 1908 organisasi Budi Utomo yang dibidani dr. Soetomo dilahirkan. Dan ini dianggap mengawali usaha yang historis menuju dan menjadi merdeka. Menurut Syafiq A. Mughni, dalam tulisannya yang berjudul “Munculnya Kesadaran Nasionalisme Umat Islam,” fakta sejarah yang otentik juga menunjukkan peran penting dari tokoh-tokoh muslim. Misalnya saja dari Sarekat Islam (1912) seperti H.O.S. Tjokroaminoto, Agus Salim dan Abdul Moeis.

Dalam tulisannya, Syafiq A. Mughni menilai Sarekat Islam mewakili tidak saja munculnya kesadaran nasionalisme di kalangan kaum muslim, namun juga telah mengilhami nasionalisme rakyat Indonesia di berbagai wilayah Indonesia.
Jika melihat catatan sejarah yang otentik maka setidaknya ada tiga fakta sejarah, kata Syafiq A. Mughni yakni:
Pertama, Sarekat Islam tumbuh dan tersebar di luar pulau Jawa. Keanggotaan Sarekat Islam mencakup banyak figur dari berbagai latar belakang etnis, budaya dan tradisi. Berbeda dengan Budi Utomo dan beberapa organisasi atau pergerakan lain. Mereka cenderung didominasi oleh kalangan bangsawan Jawa dan dengan sangat kental menunjukkan watak kejawaan atau orientasi kesukuan lainnya, dengan corak “nasionalisme Jawa” atau “nasionalisme Hindia Belanda.”
Kedua, perbedaan watak nasionalisme antara Sarekat Islam dan Budi Utomo dalam menyikapi kemungkinan agresi dari luar terhadap wilayah Hindia Belanda. Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam, lebih menekankan pentingnya komitmen Belanda untuk memberikan hak-hak politik secara lebih luas kepada rakyat Indonesia. Tjokroaminoto menegaskan bahwa mempertahankan tanah air memang merupakan suatu tindakan yag baik, tetapi dia sekaligus menuntut perlunya pemerintah Belanda menempatkan bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa lain, seraya mengakhiri penindasan dan memperlakukan rakyat Indonesia dengan baik. Di lain pihak, Budi Utomo yang diwakili Djiwosewoyo menyatakan pentingnya kemungkinan terlibatnya Indonesia dalam Perang Dunia, dan kewajiban rakyat dalam membantu Belanda secara aktif dengan memberikan bantuan militer. Pernyataan ini menunjukkan sikapnya yang nrimo terhadap pemerintah kolonial.
Ketiga, sebagai gerakan yang memberikan perhatian kepada kegiatan ekonomi, filsafat ekonomi Sarekat Islam yang sebagian dinilai agak berorientasi ‘sosialistik’ merefleksikan perlawanan terhadap kapitalisme dan dominasi ekonomi oleh kekuatan pedagang Cina. Hal ini karena para pendiri gerakan ini kebanyakan adalah para pedagang yang memiliki kepentingan untuk melakukan perlawanan terhadap kebijakan dagang yang tidak adil, yang lebih menguntungkan pedagang Cina.
Pemimpin Sarekat Islam, Tjokroaminoto melihat Islam sebagai faktor sosial yang mengikat dan simbol nasional. Dalam pertemuan Sarekat Islam pada 1914, dia menyatakan bahwa gerakannya menggunakan agama sebagai tali pengikat, dan mengingatkan peserta kongres bahwa tanpa agama tidak akan ada kerja sama dan kekuatan. Karena setiap muslim adalah saudara bagi sesamanya. Yang merupakan hamba Allah. Jadi, Islam disadari atau tidak diidentifikasi sebagai simbol nasional.
Melalui momentum Hari Kebangkitan Nasional ini mari kita luruskan distorsi sejarah itu. Dan eksistensi umat Islam tidak bisa dicabut begitu saja dari sejarah dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tentunya dengan tidak melupakan dan tetap menghargai keberadaan umat lain. Karena Islam rahmatan lil ‘alamin.

Tidak ada komentar:

Share

Komentar

Selamat Datang

1

2

3

Pengunjung

Flag Counter

SMS Gratis


Make Widget