Usulan Menteri Pendidikan baru yang baru berupa wacana saja
sudah mendapat tanggapan beragam dari banyak kalangan, mulai dari pendidik,
orang tua, siswa sendiri, pejabat di lingkungan dunia pendidikan sampai obrolan
d warung kopi. Bahkan Media elektronik pun akhir-akhir ini di banyak acara
selain berita juga membahas wacana ini. Apalagi media sosial Facebook, Twitter,
WhatsApp dengan begitu gencarnya membahas baik yang pro maupun kontra.
Yang akan dibahas penulis saat ini hanya pendapat dari
kalangan pendidik saja. Secara garis
besar dibagi menjadi 2 yaitu yang setuju dan yang tak setuju. Yang setuju
kebanyakan dari pendidik di sekolah lanjutan baik dari Sekolah menengah
Pertama, maupun Sekolah lanjuta Atas.
Sementara pendidik dari sekolah dasar kebanyakan yang tak
setuju, mengingat selama ini Siswa sekolah Dasar setelah pulang Sekolah,
siangnya mereka melanjutkan di Pendidikan Agama bagi yang beragama Islam,
mereka mengenyam lagi Pendidikan di madrasah-madrasah Diniyah. Yang di mulai
antara pukul 13.00 atau 14.00 samapi 17.00.
Perlu banyak kajian yang mendalam dari banyak aspek sebelum
wacana full day scholl itu diterapkan, sehingga ketika wacana itu menjadi
sebuah aturan akan betul-betul menjadi sesuatu yang baik buat pendidikan di
Indonesia.
Baiknya kita melihat atau membandingkan aturan di negeri
kita dengan di Negeri yang Pendidikannya sudah maju.
Penulis mengutip dari berbagai sumber tentang perbedaan
pendidikan di negera Indonesia dengan Finlandia yang nota bene merupakan negara
dengan system Pendidikannya yang sudah lebih maju.
Finlandia : Anak-anak baru bersekolah setelah mereka berusia
7 tahun.
Indonesia : ada playgroup, TK A, TK B, bahkan sebelum umur 3 tahun pun sudah
ada yang ‘menyekolahkan’ anaknya, meskipun memang cuma satu jam dengan tujuan
anaknya bersosialisasi. Masalahnya lagi, untuk masuk SD pun sekarang anak-anak
DIHARUSKAN sudah bisa membaca. Ada tes masuknya. Jadi ingat percakapan ibu-ibu
di commuter line yang curhat soal hal ini. Yang stres bukan cuma anaknya. Orang
tuanya lebih lagi.
Finlandia : sebelum mencapai usia remaja, anak-anak ini
jarang sekali diminta mengerjakan pekerjaan rumah DAN tidak pernah disuruh
mengikuti ujian.
Indonesia : TK pun sekarang sudah punya pekerjaan rumah, meskipun cuma sekedar
menebalkan garis dan menulis angka.
Finlandia : hanya ada satu tes yang wajib diikuti oleh
pelajar, dan saat itu mereka berusia 16 tahun.
Indonesia :like I mentioned before, masuk SD pun ada tesnya. Terutama SD
favorit.
Finlandia : Seluruh sistem pendidikan didanai oleh negara.
Gratis total.
Indonesia : meskipun sudah ada beberapa wilayah yang menetapkan pendidikan
gratis, masih banyak pungutan2 yg harus dibayar siswa kepada sekolah, seperti
uang Lab computer, Lab bahasa, dll.
Finlandia : Seluruh guru harus memiliki gelar Master/S2 yang
didanai seluruhnya oleh pemerintah.
Indonesia : guru harus mencari biaya untuk melanjutkan pendidikan sendiri, tak
ada bantuan pemerintah kepada semua guru.
Finlandia : Setiap
guru hanya menghabiskan waktu 4 jam sehari di kelas dan punya waktu 2 jam per
minggu yang didedikasikan untuk ‘professional development’.
Indonesia : para guru di Indonesia yang bisa mengajar mulai jam 7 pagi sampai
jam 3 sore non stop. Imagine how tired they are, bahkan wacana yang bergulir
sekarang sampai jam 5 sore…
Jadi Intinya berlama-lamaan di sekolah tidak ada jaminan
untuk kemajuan dunia pendidikan wong negara yang maju di dunia pendidikannya
saja hanya memakan waktu 4 jam saja di sekolah…
Silahkan gulirkan terus pro dan kontra akan wacana full day
school ini agar manjadi masukan demi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.
Dani Drc (Badan Pelengkap Organisasi Kesekretariatan PGRI Kota Sukabumi)