Jumat, 19 Mei 2017

15 TEKNIK MENGAJAR PADA PERTEMUAN PERTAMA

Bagi seorang guru, lama atau baru, hari pertama mengajar biasanya mendatangkan aneka rasa. Ya tegang, antusias, atau harap-harap cemas. Bagaimanapun, kita akan “berkarier solo” di kelas, mengendalikan para murid. Tak ada teman satu geng, orang tua, pasangan, guru pendamping, atau mungkin fans, jika punya.

Banyak orang bilang, pertemuan pertama itu akan menentukan kesan selanjutnya. Tak heran persiapan kita untuk hari perdana itu musti pol-polan. Namun kalau terlalu tertekan, enggak baik juga. Kita bisa grogi dan stress sendiri.

Penampilan luar diri sendiri, checked. Silabus atau RPP, checked. Buku atau bahan ajar, checked. Alat mengajar, checked. Hampir yang kita persiapkan sudah dicek dan siap. Tapi perasaan khawatir atau deg-degan itu masih menyisa. Parahnya lagi, emang ada pilihan lain selain menghadapinya?

Karena itu, kita diskusikan ya, apa saja yang baiknya diperhatikan. Tips atau saran ini bisa berlaku bagi guru baru, guru PPL, atau mungkin guru lama yang menghadapi murid-murid baru. Jom!

1. Menguasai Materi yang Akan Disampaikan

Keyakinan diri bisa rontok manakala kita blank tentang apa yang hendak diajarkan pada anak-anak. Apalagi untuk hari perdana, yang memang menentukan kesan kita selanjutnya. Untuk itu, tak ada salahnya untuk mempelajari ulang sampai benar-benar mantap.

2. Mempersiapkan Skema Mengajar

Selain poin pertama, tak lupa, kita juga mesti meyakinkan segala bahan ajarnya siap. Kita bisa cek apa yang hendak dipotokopi, alat apa yang hendak dibawa, atau media apa yang hendak dipakai. Kalau bisa, hilangkan kebiasaan untuk melakukan persiapan di menit-menit akhir.

3. Datang Lebih Awal

Bisa kita bayangkan kalau datang terlambat, terus langsung menghadap kelas yang memang sudah siap. Seketika itu, kita bisa jadi umpan empuk bagi sorot mata para siswa. Alangkah baiknya untuk datang lebih dini. Kita bisa observasi ruangan, mempersiapkan kegiatan belajar-mengajar kelak, atau mulai melihat-lihat siswa demi siswa yang mulai berdatangan.

4. “Setor Muka” Pada Rekan Kerja

Rasanya bukan kewajiban jika kita langsung hapal nama, ho hp, atau alamat semua rekan kerja yang ada. Namun disarankan untuk membuat keberadaan kita disadari mereka, termasuk juga penjaga sekolah, satpam, ibu kantin, dsb. Beda lagi jika rekan kerja tersebut akan menjadi “teman dekat” selama bekerja. Pendekatan kita bisa lebih intens.

5. Membuat Diri Kita Akrab dengan Sekolah atau Tempat Mengajar

Jika kita asing di suatu tempat atau bangunan, tentu ada keraguan tersendiri ketika melangkah. Beda lagi kalau sudah kenal dengan tempat tersebut, kemantapan atau rasa percaya diri akan menjalar sendiri. Karenanya kita bisa ingat-ingat di mana lokasi kamar kecil, kantin, perpustakaan, dsb.
guru, guru baru, guru pemula, pertama kali mengajar, mengenal lingkungan sekolah, mengenal bangunan sekolah baru, percaya diri, berjalan percaya diri, perempuan berjalan sendirian, perempuan berjalan percaya diri

6. Ketahui Kebijakan Sekolah yang Berlaku

Masing-masing sekolah tentu memiliki prosedur atau kebijakan tersendiri. Jika ingin “aman” dan masuk dalam rangkulan lingkungannya, kita tentu musti mempelajari dan mematuhinya. Misalnya terkait seragam yang dipakai, cara izin jika tidak masuk, pembagian durasi mengajarnya, sistem hukumnya, dsb.

7. Sapa Para Siswa dan Usahakan untuk Menghapal Namanya

Seperti biasa, kita sapa dan berikan senyuman pada para siswa. Usahakan untuk tidak terlalu menampangkan rasa khawatir, “membocorkan” identitas diri sebagai guru fresh yang belum berpengalaman, atau terlihat seperti sedang mengingat-ingat langkah apa selanjutnya yang akan dilakukan. Kita pun bisa mulai mengenal mereka. Satu per satu. Kalau bisa kita ingat-ingat namanya. Ketika menjadi siswa pun, hati akan senang dan hangat bila guru bisa mengingat dan memanggil nama kita. Iya, ‘kan?

8. Mulai Belajar

Basa-basi di hari perdana memang diperlukan juga. Tapi kita musti meyakinkan kalau siswa mengambil “oleh-oleh” dari kita, dan dalam hal ini tentunya berupa materi. Soal materi atau metodenya, tentu tergantung berbagai faktor, salah-satunya tingkatan siswa itu sendiri.

9. Sosialisasikan Aturan Belajar dengan Kita

Semasa sekolah, kita menghadapi berbagai guru dengan beragam aturan yang mereka terapkan. Agar tak salah paham di kemudian hari, kita pun bisa segera mensosialisasikan bagaimana prosedur pembelajarannya. Apakah wajib membeli buku pegangan? Apakah cara belajarnya akan memakai sistem presentasi? Apakah yang tidak mengerjakan PR akan dihukum? Bagaimanakah sistem penilaian kita? Dsb.

10. Pertahankan Interaksi atau Komunikasi

Kecanggungan mungkin akan memeluk kita dan para siswa ketika suasana tiba-tiba hening. Jika lama-lama, situasi tersebut tak hanya membosankan, namun juga mengusir kenyamanan. Padahal kita akan berangsur-angsur menikmati kebersamaan dengan mereka bila interaksi itu terus terjalin. Kita bisa berjalan di sekitaran mereka, mengomentari pekerjaannya, siap sedia jika ada pertanyaan, dsb. Siswa juga akan melihat kita sebagai sosok yang mudah dan menyenangkan untuk didekati.guru dan murid, interaksi guru dan murid, komunikasi guru dan murid, hubungan guru dan murid, kedekatan guru dan murid

11. Buka-bukaan

Guru juga manusia biasa, dan tentu pernah menjadi siswa serta melakukan kesalahan juga. Kita bisa share pengalaman tersebut. Kita juga bisa menjawab rasa ingin tahu mereka tatkala ada yang bertanya. Misal tentang alamat, sekolah terdahulu, hobi, dsb. Jika mulai masuk area privat dan kita kurang nyaman, lebih baik terbuka saja, dan bilang kalau tidak semua yang bersifat pribadi itu musti dibagikan.

12. Membocorkan Prestasi, Skill, atau Pengalaman

Suatu penghargaan atau kemampuan tertentu membuat kredibilitas kita teruji. Bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, namun siswa patut tahu kita itu sekolah di mana dan mengambil jurusan apa. Kita juga bisa membagikan pengalaman lain seperti pernah juara apa, kerja di mana, melakukan penelitian apa, menulis buku apa, berprestasi di bidang apa, bisa membuat apa, jago dalam hal apa, dsb. Tak wajib, tapi hal ini akan memberi rasa percaya diri serta siswa pun merasa “lega” sebab mereka ditangani oleh guru yang sesuai. Aamiin…

13. Beri Gambaran akan Suasana Kelas “Ala Kita”

Kita bisa flashback dulu ketika menjadi siswa. Guru A terkesan serius, guru B menegangkan, guru C santai, guru D penuh tawa, dsb. Sekarang kita sendiri bisa menentukan dan memberikan gambaran, kira-kira suasana KBM akan seperti apa. Dengan demikian, siswa akan menyesuaikan diri.

14. Menata Meja atau Ruangan Kerja

Biasanya, ruangan kantor itu terbuka dan berisi meja-meja guru. Jarang ada sekolah yang benar-benar menyediakan satu ruangan khusus untuk seorang guru, ya. Nah jika mereka memang menyediakan meja khusus, kita bisa langsung menatanya. Misalnya dengan mengatur letak buku absen, buku materi, silabus, dsb. Namun kita juga musti mengonfirmasi dulu, apa mejanya “barengan” dengan guru lain atau tidak.

15. Minimal Seminggu Awal, Semua Sudah Terencana

Untuk hasil yang lebih meyakinkan, persiapan bagus kadang lebih mantap daripada spontanitas. Lebih lagi posisi kita masih baru, belum tahu apa-apa soal keadaan sekolah. Sebisa mungkin untuk satu mingguan, kita “patuh” pada susunan yang sudah dirancang sebelumnya. Jika sudah akrab dan tak canggung, improvisasi akan terbentuk sendiri.

Pada dasarnya, guru adalah salah-satu profesi yang mulia. Banyak ladang amal yang bisa tercipta. Seyogyanya kita melibatkan hati nurani ketika menjalankan semuanya. Orang bilang, apa yang lahir dari hati akan sampai ke hati pula. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Share

Komentar

Selamat Datang

1

2

3

Pengunjung

Flag Counter

SMS Gratis


Make Widget