Senin, 04 Februari 2013

Hikmah Musibah Bagi Muslim

Sesungguhnya ujian atau cobaan paling ringan pada diri seorang muslim adalah ujian jasmani yg lazim disebut sakit. Ujian jasmani ini dimaksudkan Allah untuk menguji kesabaran dan kerelaan seorang hamba dalam menerima takdirNya. Kalau ternyata ia sabar, Allah menetapkan pahala atau menghapus sebagian dosanya atau mengangkat derajatnya sehingga ujian itu menjadi nikmat baginya.
Sabda Rasulullah SAW

"Tidak ada seorang muslim pun yg ditimpa gangguan semacam tusukan duri atau yg lebih berat daripadanya melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta digugurkan dosa dosanya sebagaimana pohon kayu menggugurkan daun daunnya" (HR.Muttafaq Alaih)

Ditinjau dari dimensi vertikal (antara hamba deng al-Khaliq) paling tidak ada tiga manfaat / keutamaan musibah yg ditimpakan kepada orang mukmin :

Pertama, musibah sebagai penebus dosa yg pernah dilakukan manusia akibat kelalaian dan pelanggarannya terhadap perintah dan larangan Allah SWT. Maka Allah memberikan ganjaran di dunia secara kontan dan spontan. Hal ini mungkin sebagai tanda kasih sayang Allah kepada hambaNya sehingga si hamba bisa keluar dari dunia ini dalam keadaan bersih

Kedua, musibah sebagai pengingat dan penguji kualitas kesabaran seseorang. Hal ini merupakan takdir Allah kepada hambaNya dan kelak di akhirat akan diganti dengan rahmat dan ridhaNya. Apabila seorang hamba menghadapi cobaan dan penderitaan itu dengan ridha, ikhlas dan terus menerus berikhtiar mencari jalan keluar dengan cara yg sebaik baiknya sesuai dengan tuntunan syara', tidak mengeluh, mengaduh apalagi meratap dan merintih maka Allah menjanjikan akan mempermudah urusan hisabnya dihari kiamat. Allah akan menyegerakan pahalanya, memberkati kehidupannya sehingga timbagan amalnya berat ke arah ketaatan dan pahala dan berkesudahan dengan masuk jannatun-na'im

Ketiga, musibah sebagai tangga untuk mencapai kualitas / derajat yg lebih tinggi di sisi Allah. Kita tentu masih ingat bagaimana musibah yg ditimpakan kepada Nabi Ayub a.s. Penderitaan yg menimpanya tidak melahirkan keluh kesah ataupun rintihan. Allah mencobanya dengan kebakaran, kehilangan harta benda, kematian anak anaknya, bahkan yg terakhir, sekujur tubuhnya dihinggapi penyakit yg menjijikan bagi yg memandangnya sehingga Ayub di asingkan. Semuanya tidak sedikit pun mengurangi rasa syukur dan zikirnya kepada Allah, sebagaimana yg biasa dilakukan pada saat hidupnya berlumur nikmat dan karunia Allah. Semua itu diterima Nabi Ayub dengan penuh kesabaran dan tawakal sehingga akhirnya ia keluar sebagai pemenang. Allah mengembalikan semua nikmat yg pernah di anugerahkanNya serta mengangkat Nabi Ayub a.s ke derajat (maqam) yg lebih tinggi disisiNya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

"Orang yg banyak mendapat ujian adalah para nabi, kemudian orang orang yg lebih dekat derajatnya kepada mereka secara bertingkat dan berurutan. Seseorang di uji berdasarkan ketaatannya kepada agamanya. Jika ia sangat kukuh kuat dalam agamanya, sangat kuat pula ujian kepadanya. Dan jika ia lemah dalam agamanya, maka Allah mengujinya sesuai dengan tingkat ketaatan kepada agamanya. Demikianlah bala dan ujian itu senantiasa ditimpakan kepada seorang hamba sampai ia dibiarkan berjalan di muka bumi tanpa dosa apapun" (HR.Tarmidzi)

Share

Komentar

Selamat Datang

1

2

3

Pengunjung

Flag Counter

SMS Gratis


Make Widget