Kamis, 11 Juli 2013

Posisi Guru di Kurikulum 2013 Sebagai Robot

SOLO,(PRLM).- Kontroversi berkepanjangan tentang Kurikulum 2013 yang terus bergulir, mengusik guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.

Dia berpendapat secara substansial Kurikulum 2013 hanya menempatkan guru pada posisi sebagai robot-robot mekanik yang menjalankan program pemerintah.
“Hal itu bisa berdampak pada kurangnya motivasi kerja guru,” ujar Prof Sarwiji di Kampus Program Pascasarjana UNS, Solo, Jumat (5/7/2013)..
Menurut pandangan pakar pendidikan itu, ketika terjadi perubahan kurikulum seharusnya guru diposisikan sebagai pembelajar. Sedangkan perubahan kurikulum sebagai kegiatan pembelajaran bagi para guru.
“Menempatkan guru pada posisi tersebut penting, karena guru akan mampu mengoptimalkan kegiatan pembelajaran manakala ada keterlibatan dalam pengembangan tujuan dan perencanaan pembelajaran,” jelas Prof. Sarwiji.
Sejauh ini, dalam pengamatan guru besar itu, Kurikulum 2013 juga kurang menempatkan guru sebagai variable penentu. Guru berada pada posisi kurang dipercaya dan dipandang kurang berdaya.
Pengembangan Kurikulum 2013, sambungnya, terkesan sentralistik. Tujuan kurikulum sebagaimana yang tercakup dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar, bahkan silabus dan buku, telah dipersepsikan secara terpusat.
Prof. Sarwiji khawatir, Berkurangnya peran guru dalam Kurikulum 2013, dapat menjadi berita baik dan ‘menyenangkan’ bagi sebagian guru.
Sebaliknya bagi sebagian guru yang lain bisa dipandang sebagai berita buruk karena guru merasa kurang dihargai dan perannya dalam Kurikulum 2013 bersifat periferial (A-103/A-89).**
*

Share

Komentar

Selamat Datang

1

2

3

Pengunjung

Flag Counter

SMS Gratis


Make Widget