Gerakan Literasi Digital di Sekolah
Bisa di Mulai dari Sekolah Dasar.
Oleh : Dani Drc
Kesekretariatan PGRI Kota Sukabumi
(Bidang IT dan Kenakalan Remaja)
1. Pengertian Gerakan Literasi
Kegiatan literasi selama
ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Namun, Deklarasi Praha pada
tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga mencakup bagaimana seseorang
berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan
sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003).
Deklarasi UNESCO itu juga
menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk
mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara
efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk
mengatasi berbagai persoalan. Kemampuan-kemampuan itu perlu dimiliki tiap
individu sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan
itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.
Gerakan Literasi di Sekolah merupakan
merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan
melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta
didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang
dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku
kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Gerakan Literasi di Sekolah
Gerakan Literasi Sekolah
adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang
ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik.
Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku
dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau
target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan
diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan
Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan
keterampilan reseptif maupun produktif.
Dalam pelaksanaannya, pada periode
tertentu yang terjadwal, dilakukan asesmen agar dampak keberadaan Gerakan
Literasi Sekolah dapat diketahui dan terus-menerus dikembangkan. Gerakan
Literasi Sekolah diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku
kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan
menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan.
3. Lietarasi Bukan Cuma Baca Tulis
Literasi lebih dari
sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan
sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di
abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi.
Clay (2001) dan Ferguson
(www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan bahwa komponen literasi
informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan,
literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Dalam konteks
Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar pemerolehan berliterasi tahap
selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Literasi Dini [Early Literacy (Clay,
2001)], yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan
berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik
dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi
dasar.
b. Literasi Dasar (Basic Literacy),
yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung
(counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan
(calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta
menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan
kesimpulan pribadi.
c. Literasi Perpustakaan (Library
Literacy), antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan
nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal
System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan
perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki
pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah
tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
d. Literasi Media (Media Literacy),
yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti
media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital
(media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
e. Literasi Teknologi (Technology
Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi
seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan
etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami
teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam prak-
tiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di
dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola
data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya
informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang
baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
f.
Literasi
Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media
dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar
dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan
bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam
bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks
multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak
manipulasi dan hiburan yang benarbenar perlu disaring berdasarkan etika dan
kepatutan.
3. Gerakan Literasi Digital di Kelas
Kegiatan Literasi Sekolah
sekarang sudah mulai bergeser dari literasi baca tulis konvensional dengan
menggunakan media cetak ke media elektronik yang lazim disebut literasi
Digital.
Sebagai contoh penulis
yang mengajar di Sekolah dasar kelas tinggi sudah membiasakan anak didiknya
yang membawa smartphone dengan memberi tugas yang bisa dicari sumbernya dari
digital yaitu dengan mengakses google. Soal yang diberikan dijawab dengan
menggunakan aplikasi quiper atau menjawab di Grup WA (Whatsup) yang telah
dibuat sebelumnya.
Pemberian tugas dan
kegiatan literasi digital ini dilakukan selain untuk menghemat penggunaan
kertas yang bisa mengganggu lingkungan hidup karena penggunaan kertas bisa
diganti ke bentuk digital, juga untuk mengalihkan perhatian anak yang membawa
Smartphone dari kebiasaan bermain game di gadgetnya ke kegiatan browsing
(mencari) jawaban dari persoalan yang yang diberikan guru yang disesuaikan
dengan Jadwal pelajaran,Tema-Sub Tema-pembelajaran waktu itu.