Jumat, 13 Desember 2013

Memaknai Istilah Hamba Allah

DALAM berbagai forum kita sering orang dengan bangganya mengaku sebagai hamba Allah. Ketika memberikan sumbangan atau amal jariah pun kerapkali kita melihat seseorang mencantumkan diri sebagai hamba Allah. Tapi eeit. nanti dulu.

Tulisan hamba Allah disebutkan di sana, ketika sumbangan yang diberikan jumlahnya kecil. Tapi ketika jumlahnya sangat besar, maka mereka tidak ragu-ragu untuk mencantumkan nama aslinya berikut titel dan alamat lengkap. Apa memang begitu penempatan kita sebagai hamba Allah. Kalau menilik makna hamba Allah yang sebenarnya, coba kita lihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Di sana dicantumkan pengertian hamba Allah adalah hamba berarti abdi, budak belian. Jika digunakan untuk menggantikan kata ganti ‘saya’, hamba bermakna merendahkan diri. Jika digunakan dalam konteks hubungan dengan Tuhan, dan populer dengan sebutan ‘hamba Allah’ dia bermakna sebagai makhluk yang sadar dan harus selalu menempatkan Allah sebagai tuhannya.
Di sinilah hakikat manusia sebagai hamba Allah yang senantiasa hidupnya merasa dalam genggaman-Nya. Dalam pengertian yang demikian ada hubungan yang sangat erat antara hamba dengan Allah. Ada semacam client-patron yang sangat subordinatif.
Di sinilah juga dituntut totalitas penghambaan manusia pada Allah. Dalam terminologi Islam hamba Allah bisa diartikan sebagai orang-orang yang senantiasa istiqamah. Berjalan di atas rel yang ditentukan oleh Allah. Orang-orang yang bertakwa kepada Allah dalam arti yang sebenar-benarnya.
Maka, predikat hamba yang diberikan Allah kepada seorang manusia sesungguhnya adalah penghargaan yang setara dengan nilai signifikansi pengorbanan yang dilakukan hamba kepada Allah. Pengakuan itu berbanding lurus dengan kualitas kehambaan seseorang.
Idealnya, segala yang ia lakukan dalam rangka, demi, dan hanya karena Allah. Komitmen semacam ini tentu saja tidak oral verbal, melainkan perilaku nyata. Beragama bukanlah semata pengakuan, tetapi implementasi dalam kehidupan.
Komitmen inilah yang menjadi spirit sekaligus kontrol ketika bersikap dan berlaku. Artinya, seorang hamba Allah, pasti tidak melakukan hal-hal yang dalam pandangan Allah salah misalnya mencuri, menipu, memfitnah, berzinah, menzalimi orang lain, atau apa saja yang dalam standar agama tidak benar.
Sekali lagi, ia menjalankan segala yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang tanpa reserve. Inilah penghambaan total. Jangan lantas dikait-kaitkan dengan sumbangan.

Share

Komentar

Selamat Datang

1

2

3

Pengunjung

Flag Counter

SMS Gratis


Make Widget