Penghinaan terhadap Nabi Saw kembali
terjadi kesekian kalinya, pihak anti Islam melakukan pelecehan terhadap
Muhammad Saw. Kali ini muncul sebuah film berjudul “Innocence of Muslims”
garapan Sam Bacile, Sutradara asal Israel yang kini tinggal di California,
Amerika Serikat.
Bacile menjelaskan,
film berdurasi dua jam ini telah menghabiskan biaya produksi US$ 5 juta (Rp 48
miliar). Seluruh dana tersebut ditanggung renteng oleh lebih kurang 100 donatur
Yahudi. Dalam film tersebut, Bacile menggambarkan Nabi Muhammad adalah seorang
penipu, hidung belang, dsb. (lihat: tempo, 12/09)
Sebuah tuduhan yang
jauh dari kenyataan, kalau tidak mau disebut bodoh dan dungu. Hanya orang-orang
yang hati dan pikirannya terkunci saja yang menuduh Muhammad Saw sebagai
penipu. Sedang orang-orang yang menjadi saksi hidup beliau, bahkan orang-orang
kafir Quraisy sekalipun masa itu berkenan memberinya gelar “Al-Amin’, atau
orang terpercaya. Sebuah gelar yang tidak ada satu pun perguruan tinggi di
dunia ini yang berani mengeluarkan gelar tersebut.
Dan hanya orang-orang
yang kalbunya dibisiki bisikan setan saja yang mengatakan Muhammad sebagai
orang yang memiliki kelainan seksual. Sebab tidak ada ceritanya bahwa
Rasulullah melakukan penyimpangan seksual. Keputusannya untuk beristri lebih
dari satu tidak semata-mata berdasar hawa nafsu, melainkan didasari petunjuk
dari Allah, untuk kepentingan dakwah, mempererat kekerabatan dengan
sahabat-sahabat terdekatnya, dsb.
Fakta membuktikan,
beliau Saw adalah orang yang paling lembut terhadap istri, orang yang paling
baik memberlakukan istrinya. Beliau mencontohkan sekaligus memerintahkan kaum
muslim mantaati perintah Allah Swt “Dan bergaulah dengan mereka (para istri)
dengan cara yang baik.” (An-Nisa: 19) Imam Ibnu Katsir dalam tafsir ibnu
katsir, menyatakan: “Yakni perindah ucapan kalian terhadap mereka (para istri)
dan perbagus perbuatan dan penampilan kalian sesuai kadar kemampuan.
Sebagaimana engkau menyukai bila ia (istri) berbuat demikian, maka engkau
(semestinya) juga berbuat hal yang sama.”
Penyebab
Beredarnya film ini
akhirnya mengakibatkan reaksi keras umat Islam di berbagai belahan dunia
termasuk Indonesia. Mereka mengutuk pembuatan film berdurasi dua jam itu.
Pergolakan hebat terjadi di Libya, Mesir, dan beberapa negara lain, mereka
menggelar unjuk rasa besar-besaran. Di Libya, kaum muslim yang geram tersebut akhirnya
menyerbu kedutaan AS di Libya. Sedangkan di Indonesia, hampir seluruh elemen
umat Islam mengutuk keras film tersebut.
Pihak anti Islam tak
henti-hentinya melakukan pelecehan kepada nabi Muhammad Saw, mulai dari
pembuatan film, mencetak buku, hingga melukis karikatur sosok mulia panutan
umat Islam tersebut. Ada beberapa penyebab kenapa perbuatan yang menghina
Rasuluullah Saw marak. Diantaranya:
Pertama: Kebencian orang-orang kafir kepada Islam dan kaum Muslim.
Penyebab pertama ini merupakan sunatullah, dimana mereka tidak senang dan akan
berusaha sekuat tenaga membuat umat Islam keluar dari agamanya alias murtad.
“Orang-orang Yahudi
dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”.
Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang
kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
(QS. al-Baqarah : 120).
Kedua: Berusaha menghadang pesatnya perkembangan dakwah Islam di
seluruh dunia. Sebagaimana diketahui, meski banyak tudingan-tudingan miring
terhadap Islam justru perkembangan jumlah penduduk pemeluk Islam semakin
bertambah, termasuk di dunia barat.
Menurut Data World
Almanac and Book of Fact, #1 New York Times Bestseller, bahwa jumlah total umat
Islam sedunia tahun 2004 adalah sekitar 1,2 milyar (1.226.403.000 jiwa), tahun
2007 sudah mencapai lebih dari 1,5 milyar (1.522.813.123 jiwa).Artinya, dalam 3
tahun, kaum Muslim mengalami penambahan jumlah sekitar 300 juta orang, setara
dengan jumlah umat Islam yang ada di kawasan Asia Tenggara.
Menurut Carl Ellis,
peneliti terkemuka masalah keagamaan di AS dan penulis buku “The Changing Face
of Islam in America, menyatakan, “Populasi warga muslim di AS mengalami pertumbuhan
6 persen. 80 persen di antaranya berasal dari penganut kristen yang baru masuk
Islam. Sementara 20 persennya lagi berasal dari kaum muslim imigran”. Dia
menambahkan, “Jika Islam terus mempertahankan persentase pertumbuhannya itu,
maka hingga 17 tahun lagi, jumlah warga muslim di kota-kota besar AS akan
melebihi jumlah warga Kristen”.
Melalui pembuatan film
berjudul “Innocence of Muslims”, atau film maupun bentuk penghinaan terhadap
rasulullah Saw inilah mereka berupaya memberikan gambaran negatif pada Islam,
dengan berharap macetnya dakwah Islam.
Namun hal itu hanya
akan sia-sia, justru dakwah Islam menjadi pesat, meski selalu dipojokkan. Lihat
saja contohnya ketika pemerintahan Amerika Serikat dikomandoi G.W. Bush pasca
tragedi 9/11 menyematkan gelar teroris pada umat Islam, ternyata 20.000 orang
Amerika masuk Islam setiap tahun setelah peristiwa itu.
“Mereka
berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan)
mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun
orang-orang yang kafir tidak menyukai”. (QS
at-Tawbah: 32)
Ketiga: Menghambat perjuangan penegakkan ideologi Islam. Pembuatan
film ini memiliki tujuan politis yakni berupaya menghambat kembalinya penerapan
ideologi Islam. Hal ini diakui sendiri oleh Bacile dengan mengatakan “Ini
adalah film politik. Amerika Serikat kehilangan banyak uang dan pasukan dalam
perang Irak dan Afganistan, namun kami sedang bertempur melawan ideologi.”
(tempo, 12/09)
Seperti diketahui,
Bacile merupakan warga AS, negara kampiun ideologi kapitalisme, ia sadar betul
dominasi negaranya terancam dengan tanda-tanda tegaknya negara super power
khilafah Islamiyah. Padalal, sifat sebuah ideologi yang berkuasa adalah
mempertahankan dominasinya. Dan AS menggunakan cara hard power dan juga soft
power dalam mempertahankan hegemoninya.
Hard power sebagaimana
yang dilakukannya di Iraq, Afghanistan, dsb, dengan cara melakukan invasi
miiter. Sedangkan Soft Power ialah dengan kampanye Islam moderat, kampanye
sekulerisme, pluralisme, liberalisme. Termasuk salah satu uslubnya ialah dengan
membuatan film “Innocence of Muslims”, tampak Bacile ingin membantu perang
ideologi ini. Meski pemerintahan AS mengaku tidak terlibat dalam pembuatan
film, namun mereka tidak mencegah pemutaran film tersebut.
Keempat: lemahnya kaum Muslim. Pihak anti Islam seperti tidak ada
jeranya atas kelakuan-kelakuannya menghina Islam, hal ini menunjukkan umat
Islam dalam kondisi lemah, disepelekan oleh orang-orang kafir tersebut. Maka
Islam harus bangkit dengan cara kembali pada ideologi Islam. Yakni melalui
penerapkan syariah Islam secara kaffah dalam bingkai negara khilafah, dengan
itu maka kekuatan umat Islam menjadi luar biasa, baik secara geo-politik,
geo-ekonomi, maupun militer, sehingga tidak disepelekan lagi.
Kita layak marah,
mereka harus tahu, bahwaapa yang dilakukan mereka tidak akan mampu mempengaruhi
kemuliaan Nabi Muhammad Saw. Seorang utusan Allah, sebagaimana Musa yang telah
diberi wahyu kitab Taurat, sebagaimana Isa binti Maryam yang telah diberi Injil.
Dialah Saw nabi dan Rasul penutup zaman yang seharusnya risalah Islam yang
dibawanya diikuti oleh seluruh umat. Sebagai satu-satunya agama yang diridhoi
Allah.
Mereka harus tahu,
kita begitu mencintainya, melebihi cinta pada diri ini, ataupun keluarga-keluarga
kita. Apapun bisa kita perbuat demi Allah dan Rasul-Nya.
Ali Mustofa Akbar
Analis CIIA (The
Community Of Ideological Islamic Analyst).