Jumat, 21 September 2012

Peristiwa 11 September 2001 antara Karamah dan Konspirasi

Memasuki bulan September tahun ini, kita seakan diingatkan lagi pada peristiwa tragis yang terjadi 11 tahun silam. Saat itu, pada Selasa pagi yang cerah, sebuah peristiwa naas terjadi.

Gedung kembar simbol supremsi ekonomi Amerika Serikat runtuh ditabrak pesat komersial yang sebelumnya telah dibajak oleh orang-orang yang oleh media-media barat disebut "teroris". Banyak orang yang tidak berdosa dan tidak tahu menahu apa yang terjadi menjadi korban penabrakan tersebut. Sekitar 3000 orang meninggal dunia dalam apa yang dianggap sebagai peristiwa “serangan teroris” terburuk tersebut.

Peristiwa itu sendiri sampai hari ini masih menyisakan berbagai macam spekulasi dan kontrovesi. Versi "resmi" yang dinyatakan pemerintahan Bush waktu itu sangat tidak memuaskan bagi banyak pihak, termasuk publik Amerika sendiri. Bagi mereka, adalah sangat mustahil tubuh pesawat penumpang yang terbuat dari logam aluminium yang relatif lunak itu mampu meluluhlantakkan gedung-gedung kukuh dengan rangka baja tersebut.

Tahap-tahap keruntuhan gedung yang menyerupai "controlled demolition" juga menambah keraguan mereka. Tayangan media yang sedemikian detil juga sangat mencurigakan bagi sebagian orang. Seakan-akan media sudah dipersiapkan terlebih dahulu untuk meliput kejadian mengerikan itu dan menayangkannya ke seluruh dunia.

Teknik Controlled Demolition adalah teknik peledakan terkendali yang biasa dipergunakan untuk menghancurkan gedung-gedung tua yang sudah tidak bisa dipakai lagi. Dengan menggunakan teknik tersebut, gedung tua yang ingin dihancurkan bisa diledakkan tanpa menimbulkan kerusakan di gedung atau bangunan di sekitarnya.

Agar dapat terlaksana, bahan-bahan peledak yang dipergunakan harus diletakkan di titik-titik tertentu di gedung yang ingin diledakkan tersebut. Sehingga, saat diledakkan, ledakan yang terjadi hanya di titik-titik yang diinginkan dan tidak menimbulkan kerusakan di tempat-tempat yang lain. Gedung yang sudah diledakkan itu pun kehilangan titik-titik penyangga keseimbangannya dan tidak lagi mampu menahan beban beratnya sendiri. Gedung itu akhirnya runtuh dengan arah tegak lurus ke tanah. Para penganut teori controlled demolition mengatakan bahwa yang meruntuhkan gedung kembar WTC bukanlah pesawat komersial yang menabraknya tapi bahan-bahan peledak yang telah ditempatkan dalam kedua gedung tersebut.

Namun demikian, ada juga kalangan tertentu yang menganggap bahwa peristiwa itu memang murni hasil perjuangan para pejuang muslim yang dituduhkan oleh Bush dan kroninya. Mereka mengatakan bahwa para pejuang itu mendapat semacam "karamah" atau keistimewaan dari Allah SWT hingga pesawat berbadan aluminium tersebut bisa menghancurkan gedung-gedung kukuh yang megah itu. Mereka juga mengecam orang-orang yang menganggap bahwa peristiwa 9/11 sebagai buah konspirasi jahat Bush dan pemerintahannya. Mereka mengganggap orang-orang seperti itu sebagai orang-orang yang meremehkan kekuasaan Allah SWT dan menghina perjuangan kaum Mujahidin. Mereka beralasan bahwa Allah SWT memiliki Kekuasaan yang tidak terbatas dan jika Dia menghendaki, tumbukan pesawat-pesawat itu bisa saja menghancurkan gedung-gedung tersebut.

Padahal, banyak ulama Islam yang sudah menyatakan kecaman dan ketidaksetujuan mereka atas aksi penabrakan pesawat tersebut. Salah satu dari mereka adalah Syaikh Yusuf Qaradhawi, seorang ulama besar dari Mesir yang kini berada di Qatar. Beliau adalah salah satu ulama yang sering menjadi rujukan ulama-ulama lainnya dan umat Islam. Beliau memfatwakan bahwa haram hukumnya membajak pesawat komersial dan menabrakkannya ke gedung perkantoran sipil. Apalagi sampai menimbulkan korban jiwa di kalangan penduduk sipil yang tidak bersalah. Dalam peperangan saja, orang-orang yang bukan bagian dari pasukan musuh seperti wanita, anak-anak dan rahib-rahib, tidak boleh dibunuh oleh tentara muslim.

Jihad melawan musuh-musuh Allah SWT adalah amalan yang agung dan mulia serta besar balasannya. Namun demikian, jihad tidak boleh dilakukan sembarangan tanpa perencanaan yang matang dan strategi yang jelas. Jihad juga tidak menafikan faktor - faktor sunatullah dan manusiawi. Dalam setiap peperangan yang dilakukan Rasulullah, baik yang diikuti langsung oleh beliau atau yang dilakukan para sahabatnya, faktor sunatullah tetap dilakukan. Rasulullah dan para sahabatnya tidak pernah mengandalkan faktor "karamah" atau "bantuan malaikat" meskipun terkadang Allah SWT mengirimkan bantuan tak terduga seperti angin kencang yang dingin saat perang Ahzab. Mereka berinfak dan mengumpulkan perbekalan dan senjata setiap kali hendak berperang. Mereka pernah menggali parit saat menghadapi musuh dalam perang Khandak. Mereka juga menyiapkan para pemanah di bukit Uhud saat terjadi peperangan di sana. Mereka juga pernah mengalami kekalahan karena ketidakdisiplinan para pemanah di bukit Uhud tersebut dalam hal ghanimah atau rampasan perang.

Ajaran syariat Islam sangat ketat dalam menjaga urusan jiwa dan pertumpahan darah. Dalam Islam, setiap nyawa adalah amanah yang sangat berharga. Bahkan dalam peperangan sekalipun pasukan muslim dilarang menyakiti apalagi membunuh mereka yang bukan bagian pasukan musuh walaupun berbeda keyakinan. Peristiwa 11 September 2001, selain sangat janggal apabila ditinjau dari sisi ilmu pengetahuan dan sunatullah, juga bukan merupakan cara berjuang yang disyariatkan oleh Islam.

Kalaupun peristiwa itu membuat banyak orang Amerika dan bangsa-bangsa Barat lainnya tertarik mempelajari Islam dan sebagian dari mereka menjadi muslim, hal itu bukanlah pembenaran atas penabrakan gedung kembar tersebut. Dakwah dan perjuangan menegakkan kalimat Allah SWT harus terus dilakukan namun dengan cara-cara yang elegan dan dengan tetap memperhatikan rambu-rambu syariat dan sunatullah, bukan dengan cara yang serampangan dan membabi buta. (Muhammad Nahar/wasathon.com)


Diposkan oleh Muhammad Ismail

Share

Komentar

Selamat Datang

1

2

3

Pengunjung

Flag Counter

SMS Gratis


Make Widget