Minggu, 25 November 2012

SELAMAT HARI GURU


Berbicara mengenai guru, sepertinya memang tidak ada habisnya. Sebagai salah satu unsur pendidikan, guru selalu menjadi bagian yang menarik untuk diperbincangkan. Ada banyak hal yang dapat diungkapkan, ada banyak sisi yang dapat disoroti.
Mulai dari masalah kesejahteraan, distribusi, sampai dengan masalah kualitas. Guru memang bukan satu-satunya elemen penentu keberhasilan pendidikan. Namun, tidak berlebihan apabila dikatakan guru adalah kunci utama pendidikan. Guru menempati posisi penting dan sentral dalam pendidikan. Berhasil tidaknya pendidikan sangat ditentukan oleh guru. Ada tiga tugas penting yang diemban oleh seorang guru, yaitu mengajarkan ilmu, membentuk karakter yang mulia, dan menanamkan optimisme serta cita-cita positif kepada peserta didik.


Pada tataran perjuangan kesejahteraan, mungkin problem guru sedikit teratasi. Kesejahteraan guru sudah menampakkan perubahan yang cukup signifikan. Namun, ketika kesejahteraan telah tercapai, permasalahan guru tak berarti selesai. Permasalahan guru saat ini tak hanya soal kesejahteran, tapi lebih dari itu. Kualitas guru tentu menjadi hal yang tidak dapat diabaikan. Terkait dengan kualitas guru, pemerintah mulai melakukan upaya dengan menyelenggarakan Uji Kompetensi Guru (UKG). UKG dimaksudkan untuk pemetaan guru. Dari hasil pemetaan, pemerintah akan menentukan bentuk dan jenis pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap guru. Meski menimbulkan pro dan kontra, upaya pemerintah ini layak untuk diapresiasi. Bila ada kekurangan dicarikan solusi, bukan malah dicaci.


Peningkatan kualitas guru yang diupayakan pemerintah tentu tidak ada artinya bila tidak dibarengi oleh kemauan dan sikap guru sendiri. Guru harus senantiasa mawas diri dan melakukan perbaikan-perbaikan kompetensinya seperti kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Oleh karena itu, guru dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi diri. Tuntutan profesionalitas itu membutuhkan perubahan dalam aktivitas mengajar, menggali informasi dari berbagai sumber, memodifikasi aneka strategi kreatif belajar-mengajar, up grade pengetahuan, sehingga guru dapat mengikuti dan menyiasati perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta peluang pemanfaatannya untuk memajukan proses belajar mengajar di kelas.


Guru harus senantiasa peka terhadap kebutuhan pendidikan saat ini. Dinamika pendidikan yang terus berubah menuntut guru untuk bisa fleksibel dan adaptif terhadap segala perubahan yang ada. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat melahirkan tuntutan baru terhadap peran guru Terlebih di era informasi, sumber-sumber pembelajaran mudah diperoleh. Kemajuan teknologi memberi kemudahan pada masyarakat - termasuk peserta didik - untuk mendapatkan informasi. Hal ini secara tidak langsung juga menggeser peran guru. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar dan sumber informasi. Apabila di era informasi ini guru tidak mengembangkan kompetensinya dalam penguasaan teknologi dan menyerap informasi, maka akan timbul kesenjangan antara kemampuan guru dan harapan peserta didik.


Selain berupaya melakukan peningkatan penguasaan ilmu, seorang guru juga harus memiliki kecintaan terhadap profesinya. Guru hendaknya merenungkan kembali tentang hakikat menjadi seorang guru. Bagaimana menjadi guru yang sejati, guru yang benar-benar menjadi ‘guru’. Dalam realitas saat ini, banyak dijumpai guru yang hanya sekadar jadi guru. Guru dianggap hanya seperti buruh atau tukang. Bekerja, lalu dapat upah. Proses mengajar dan mendidik dianggap seperti pembeli dengan kasir. Guru yang demikian, mengajar hanya berangkat dari ruang kosong, tidak lahir dari  idealisme. Ia tidak menjadi guru yang memiliki semangat kerja tinggi, tidak mengerahkan seluruh kemampuan dan kekuatannya ke arah yang positif melalui pengajaran dan pendidikan sehingga anak didik mengalami perubahan dan pencerahan. Guru sejati adalah sumber inspirasi anak didik.


Kualifikasi akademik dan sertifikaQt profesi hanyalah bentuk formal-legal yang menunjukkan kualitas seorang guru. Akan tetapi, kualitas guru yang sesungguhnya ditentukan oleh profesionalitas dan kecintaannya pada profesi yang digeluti, yaitu ketika guru berada di ruang-ruang kelas bersama-sama dan melayani kebutuhan peserta didik. Mengajar dan mendidik, memanusiakan manusia-manusia muda. Hal ini sesungguhnya jauh lebih sulit dipenuhi sekaligus menjadi tantangan yang tiada habisnya bagi seorang guru. Guru harus berupaya untuk menunjukkan etos dan totalitas dalam mengajar dan mendidik. Guru harus memiliki jiwa pembaharu mengingat guru merupakan agen perubahan ke arah yang lebih baik. Guru harus menyadari bahwa peran guru sebagai pengajar memang bisa tergantikan oleh hal lain. Namun, peran guru sebagai pendidik tidak dapat tergantikan oleh media apa pun.


Pendidikan yang baik hanya dapat terwujud di tangan guru-guru yang berkualitas, kreatif, berdedikasi, dan berintegritas tinggi. Diperlukan totalitas dan kesungguhan guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Guru tidak hanya cukup sekadar datang, mengajar, lalu pulang. Idealisme, semangat, dan kinerja yang tinggi disertai rasa tanggung jawab mesti menjadi ciri guru yang profesional. Menjadi guru ala kadarnya, akan menghasilkan kemampuan anak didik ala kadarnya pula. Oleh karena itu, guru juga harus selalu belajar bukan hanya mengajar. Berani mengajar berarti juga harus berani belajar. Lantaran sesungguhnya, pesaing utama seorang guru bukanlah guru lain di sekitarnya, tetapi perubahan zaman. Oleh karena itu, guru yang luar biasa adalah guru yang selalu belajar dan terus belajar. Selamat HARI GURU. Salam.##

Share

Komentar

Selamat Datang

1

2

3

Pengunjung

Flag Counter

SMS Gratis


Make Widget