Kamis, 06 Desember 2012

Cerita Terowongan Lampegan


Pagi yang cerah di Stasiun Lampegan,Cianjur. Zaenuddin (47) termenung di sebuah bangku kayu yang hampir reyot. Keningnya berkerut. Tatapannya seolah ingin menembus layar lap top yang tengah menampilkan foto tua Stasiun Lampegan dalam warna hitam putih tersebut. Sementara itu di sisi kanan-kirinya, beberapa anak muda ikut melonggo dalam tatapan yang agak kurang percaya.
“Enyaan euy, teu nyangka urang bisa ningali foto Lampegan ratusan taun katukang (Benar-benar, saya tidak menyangka bisa melihat foto Lampegan ratusan tahun yang lalu),”ujarnya dalam nada takjub.
Seperti saya, Zaenuddin pantas merasa takjub. Foto yang tengah ia lihat adalah hasil jepretan seorang fotografer Belanda pada 1895. Saya bisa dapatkan foto itu secara tak sengaja kala tengah mencari data-data tentang Batavia abad 19 di situs KITLV (Koninklijk Instituut voor de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indie atau Institut Kerajaan untuk Bahasa,Budaya dan Sejarah Hindia Belanda) pada 2006.
Sebagai orang yang selalu merasa tertarik dengan sejarah,sejak itu saya bercita-cita merekontruksi foto tersebut. Sebuah cita-cita yang ternyata bisa terwujud pada hari ini. Bersama Rahmat dan Helmy, hampir 2 jam lamanya kami “mengubek-ubek” kawasan Stasiun Lampegan, coba mencari posisi yang tepat sesuai saat sang fotografer mengambil gambar tersebut 114 tahun yang lalu.

Akhirnya kami menemukan tempat yang dianggap paling mungkin dari posisi sang pengambil gambar itu. Yakni sebuah rumah tua zaman Belanda yang letaknya persis di depan Stasiun Lampegan. “Ya kalau pun enggak persis, agak mendekatilah,”kata Rahmat kepada saya.
Secara historis, Stasiun Lampegan dibuat sekitar tahun 1879. Itu mengacu kepada tahun awal pembuatan terowongan Lampegan, sebuah terowongan berpanjang 415 meter yang dibuat dengan meledakan bagian tengah badan Gunung Kancana yang menaungi kawasan tersebut.
Terowongan Lampegan selesai pada 1882 sebagai penghubung jalur kereta api Sukabumi-Cianjur-Bandung. Peresmiannya dilakukan oleh para pejabat Belanda dan menak-menak lokal. Untuk memeriahkan peresmian tersebut, pada malam harinya pihak jawatan kereta api Hindia Belanda tak lupa mengundang juga Nyi Sadea,seorang ronggeng terkenal di daerah tersebut. Malang bagi Nyi Sadea, usai meronggeng, seseorang mengajaknya pergi dan sejak itu ia tak pernah kembali.
“Entah dibunuh atau diapain,orang-orang enggak tahu,”kata Zaenuddin yang mengaku dapat cerita tersebut dari sang kakek.
Raibnya Nyi Sadea memunculkan rumor yang beraroma mistis di kalangan masyarakat sekitar. Setelah diadukan ke “orang pintar”, konon sang ronggeng telah dibawa dan dijadikan istri oleh “penghuni” terowongan tersebut. Entah benar atau tidak,nyatanya hingga kini masyarakat setempat seolah menggemgam erat kisah skandal tersebut.
Namun jarang orang yang paham bahwa sebelum ada jalur kereta api,kawasan Lampegan bernama Sasaksaat. Lalu dari mana munculnya nama Lampegan? Tak lain itu berasal dari kondektur spur yang tiap menjelang terowongan kerap berteriak: “Steek Lampen aan!” yang berarti “nyalakan lampu”. Di telinga orang Sunda kata-kata itu seolah terdengar sebagai lampegan.
Kini Stasiun Lampegan masih kokoh berdiri. Begitu pula dengan terowongannya yang pada 2005 sempat mengalami longsor hingga mematikan jalur Sukabumi-Cianjur-Bandung. Namun setelah para insinyur Jepang turun tangan pada 2006, jalur tua itu dinyatakan laik kembali digunakan.
“Tapi hingga sekarang keretanya kok belum lewat-lewat juga,”kata Zaenuddin.
Pagi yang cerah di Lampegan belum juga enyah. Tak terasa orang-orang semakin banyak berkerumun di sekitar kami. Tatapan mereka masih tertuju pada tampilan foto tua di layar lap top saya. Ya 114 tahun memang waktu yang lama, namun terowongan Lampegan tetap berdiri perkasa. Seolah saksi bisu yang menyimpan sejuta kenangan hidup dari para leluhur mereka. (hendijo)
dari: http://publikana.com/

1 komentar:

Dani Drc mengatakan...

Kapan kereta api jurusan sukabumi-bandung ada lagi?

Share

Komentar

Selamat Datang

1

2

3

Pengunjung

Flag Counter

SMS Gratis


Make Widget